WE ARE LIKE A MOON

Wednesday 29 February 2012


Kamu tahu benda langit yang kita sama-sama menyebutnya bulan? Si benda langit yang selalu menghiasi langit malam kita, yang selalu kita pandangi bersama sambil dengerin beberapa lagu berlirik sahabat. Ingat kan, sobat?
Kadang kita sering temui bulan sabit, bulan purnama, bulan separuh, bahkan bulan penuh. Tanpa berpikir apapun. Saat itu yanaga kita tahu, kita terikat dalam satu kata ‘PERSAHABATAN’. Kata ini mengikat kita. Menyatukan kita. Kita berada dalama satu rasa istimewa itu. Satu rasa yang Sang Maha pencipta tanamkan di hati kita. Tanpa berpikir bagaimana kita bertemu, kapan kita mulai saling menyapa, kapan kita saling menanyai kabar, kapankita mulai duduk habisi malam malama bersama, dan beberapa hal penting lainnya, kita acuhkan semua itu, yang kita tahu sekarang kita bersama, saling menggenggam. Kita berada di bawah atap yang sama, bukan untuk berteduh, tapi tinggal disitu. Ya, hati kita adalah rumah. Jangan hanya sekedar berteduh, bila hujan reda, kau akan pergi, tapi tinggalah, sobat..
Sadar tidak, We Are Like A Moon.. Yeah, perhatikan dengan seksama deh.. Bulan itu berbentuk lingkaran, mau malam itu bulannya sabit, separuh atau penuh, dia tetap terlihat indah. Sangat indah. Kita seperti itu. Kita saling menggenggam, berada dalam satu lingkaran, entah saat itu kita semua sedang bersama-sama, atau hanya ada beberapa orang diantara kita yang sedang kumpul, tapi kita tetap indah. Tetap berada dalam satu lingkaran.

Aku dan Pak Sampran :)

Sunday 26 February 2012

Ini nih Pak Sampran
Pagi itu saya berencana untuk pergi hunting foto sendirian. Dengan tekad nekad saya bangun lebih pagi dari jam bangun saya bila tiba hari libur. Setelah 30 menit menempuh berjalanan dengan menggunakan angkot, saya pun tiba di salahsatu gereja. Dari sinilah, perjalanan saya dimulai. Perjalanan saya lanjutkan dengan menaiki sebuah becak. Menyusuri jarak yang cukup jauh menuju tempat target hunting saya pagi ini, yakni Paotere kampung nelayan. Saya sengaja pagi-pagi kesini karena saya ingin memotret aktifitas para nelayan yang berlangsung di pagi hari. Benar saja, sesampai di Paotere saya seperti kerasukan setan, bidik sana-bidik sini.
Becak yang saya naiki selama hunting hari ini milik Pak Sampran. Pak Sampran berumur 50-an lebih dan belum menikah. Beliau hidup bersama sepupunya. Beliau 5 bersaudara. Tapi semuanya sudah meninggal dunia, tinggal beliau sebatang kara. Kata Pak Sampran, hidup keluarganya seperti makan cili setiap hari, maksudnya susah. Awalnya, saya berencana diantara beliau sampai di Paotere saja, tapi beliau menawarkan untuk menunggu saya dan mengantarkan saya ke tempat selanjutnya. Setelah pikir-pikir, lebih baik saya carter becaknya saja seharian ini selama saya hunting. Kesepakatan pun tercapai. Pak Sampran akan mengantar saya ke beberapa tempat seharian ini dan beliau hanya minta diupah sebesar Rp. 50.000,- saja padahal jarak yang kami tempuh tak bisa dibilang dekat. Benar-benar jauh. Tapi katanya beliau, beliau senang karena ini seperti pergi berlibur dengan anak sendiri, ada yang menemani beliau ngobrol sambil mengayuh becak. Tutur beliau polos saat itu.
''Tidur bentar ah sambil nunggu Unhy motret'
Setelah puas motret disekitar Paotere, kami melanjutkan perjalanan menuju klenteng. Lagi-lagi jaraknya sangat jauh. Tapi tak terasa karena Pak Sampran tak habis-habisnya membuatku tertawa sepanjang perjalanan. Di tengah perjalanan, bila saya melihat ada objek yang bagus, beliau pasti nurut bila disuruh jalan pelan-pelan, jalan ikuti objeknya, berhenti sana-sini. Beliau tak mengeluh dan tak menampakkan wajah lelah. Sesampainya di klenteng, saya asyik motret-moteret dan berbincang-bincang dengan si penjaga klenteng. Iseng-iseng saya keluar dari klenteng dan saya lihat Pak Sampran sedang duduk istirahat didalam becaknya. Dia mengantar dan menemani saya seharian ini saat hunting sendiri. Terimakasih, Pak Sampran :)

MENGANGKASALAH...

Thursday 23 February 2012

 
Di ujung jalan ini ada yang menanti
Tak dapat dilihat, tapi dirasakan
Di penghujung nanti ada yang tak sabar
Ada yang siap untuk dijemput

Di penghujung
Bahagia akan kita raih
Sebuah sukses tergenggam sudah
Sebuah keharusan tlah terjalani

Saat ini ada yang memisahkan kita
Melangkah menyusuri setiap jalan masing-masing
Harapan dan impian membawa kita
Menjejaki dunia baru bersama orang baru

Saat ini ada rindu yang membuncah
Ada doa yang selalu teriring
Ada cinta disetiap sapaan
Ada kasih yang menyerbu

Jejakilah jalan ini
Nikmati setiap kotak peristiwa yg terjadi
Berpeganglah di bahu yang disampingmu
Aku akan menggenggammu dari jauh
Saat ini, hanya saat ini

Kita sedang mengangkasa
Sekarang waktunya mengangkasa
Ada sebongkah cita-cita yang kita lemparkan
Langit tak berujung
kepakkan sayapmu, sobat  
terkam semua mimpimu, mimpiku, mimpi kita
mengangkasalah

Kita akan bertemu nanti di tempat ini
Tempat yang menyatukan kita
Mengangkasalah, karena setelah ini
Ada cerita sukses di balik ini semua


Lagu Malam [2]

Monday 20 February 2012
Saya menyayangi kalian. Apapun keadaan kalian, apapun yang terjadi sekarang dan nanti, saya tetap menyayangi kalian. Saya menikmati semua kebersamaan kita. Saat duduk bersama menikmati malam dan bintang, duduk membuat lingkaran sambil menikmati sebotol minuman bersoda dan beberapa buah pisang coklat. Saat menghabiskan waktu liburan bersama di pantai, atau bahkan hanya sekedar nongkrong di rumah salahsatu diantara kita aja, itu bisa menciptakan kenangan terindah kita. Sahabat, kita akan selalu bersama. Ini hanya masalah waktu. Iya, kan? Sekarang satu persatu dari kita sedang merajut mimpi masing-masing. Jarak ini hanya cobaan kecil. 

Iya, sobat. Jarak ini hanya cobaan kecil. Segala yang terjadi diantara kita sekarang hanyalah luapan dari jarak itu sendiri. Saya akan selalu mengunjungi kalian di ruang kalian masing-masing di hati ini. Jarak inilah nanti yang akan membuat rasa persahabatan kita makin terasa, hati kita makin tertaut dalam sebuah cinta persahabatan yang tulus. Dan nanti akan ada begitu banyak cerita, cinta dan rindu yang akan kita bagi, dan seperti biasanya saat itu akan mempersatukan kita lagi. Saya menyayangi kalian..

Rinduku Adalah Hujan

Friday 17 February 2012

Aku terdiam. Diam menatap langit malam ini. Bintang masih setia mendampingi bulan malam ini. Tak ada tanda-tanda akan turunnya hujan. Kutarik nafas dalam-dalam, pejamkan mata dan mengutarakan harapku. Aku ingin malam ini, hujan turun. Biar ku titipkan rinduku pada setiap butirnya, biarkan butir-butir air hujan itu membasahimu. Agar kau basah kuyup oleh rinduku. Aku ingin hujan turun malam ini, agar kau tahu bagaimana irama rinduku untukmu, persis seperti irama hujan. Aku ingin hujan malam ini, agar kau tahu bagaimana siklus rinduku tukmu, persis seperti siklus hujan. Aku ingin hujan malam ini, agar kamu merasa dingin. Kamu menggigil kedinginan..dan aku akan datang menyelimutimu, menghangatkanmu dengan harapku.