10 Desember 2012. Banyak Doa Untukmu, Papa

Monday 10 December 2012

Ini senin yang cerah
Ini tanggal 10 di bulan desember
Bulan penutup tahun
Dan hari ini usiamu bertambah senja

Kamu tahu, Pria sejatiku...
Ini waktunya kita berada di musim penghujan, Pa
Dingin disini, dan pasti di tempatmu juga hujan dan dingin
Disini Pa, hujannya deras sekali
Apalagi kalau sudah sore hari, Pa..
Bagaimana disitu, Pa?

Pa, ini ulangtahunmu yang keberapa? 60 bukan?
bagaimana dirimu di usia yang sekarang, Pa?
Bagaimana hari-harimu disana, Pa?
Masih merokokkah?

Pria sejatiku...
20 tahun ini aku tumbuh di tanganmu
Jarang sekali tangan kekarmu memukuliku, mencubitku, mengasariku
Bahkan jarang aku mendengar kamu marah kepadaku, Pa
Apakah semua pria yang berjulukan Papa itu selalu begitu terhadap anaknya?
Ataukah hanya kamu Papa?
Aku seringkali bingung mengartikan diammu,
bingung mengartikan senyummu
tapi aku tak pernah bingung dengan caramu menyayangiku, Pa

Pak Sampar, Guru Kehidupan dari Kota Anging Mamiri

Sunday 2 December 2012

Bermula dari tugas yang diberikan oleh Dosen matakuliah Pengantar Fotografi di semester empat yang lalu itulah, saya mendapat satu pelajaran berharga. Sebelumnya, awal saya merantau di kota berjulukan ‘Anging Mamiri’ ini, saya merasa kota ini sangat membosankan. Sungguh, itu yang saya rasakan, itu semua karena saya merasa sarana transportasinya yang sangat membuat saya kerap kali harus menahan emosi, belum lagi orang-orangnya yang membuat saya merasa jengkel, dan masih banyak lagi.

Namun, di suatu siang saat selesai hunting di daerah Poutere tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang tukang becak yang hari itu dari matanya saya merindukan Ayah saya. Tukang becak ini mengajarkan saya tentang satu hal dalam hidup. Inilah penggalan ceritanya..