Aku dan Pak Sampran :)

Sunday 26 February 2012

Ini nih Pak Sampran
Pagi itu saya berencana untuk pergi hunting foto sendirian. Dengan tekad nekad saya bangun lebih pagi dari jam bangun saya bila tiba hari libur. Setelah 30 menit menempuh berjalanan dengan menggunakan angkot, saya pun tiba di salahsatu gereja. Dari sinilah, perjalanan saya dimulai. Perjalanan saya lanjutkan dengan menaiki sebuah becak. Menyusuri jarak yang cukup jauh menuju tempat target hunting saya pagi ini, yakni Paotere kampung nelayan. Saya sengaja pagi-pagi kesini karena saya ingin memotret aktifitas para nelayan yang berlangsung di pagi hari. Benar saja, sesampai di Paotere saya seperti kerasukan setan, bidik sana-bidik sini.
Becak yang saya naiki selama hunting hari ini milik Pak Sampran. Pak Sampran berumur 50-an lebih dan belum menikah. Beliau hidup bersama sepupunya. Beliau 5 bersaudara. Tapi semuanya sudah meninggal dunia, tinggal beliau sebatang kara. Kata Pak Sampran, hidup keluarganya seperti makan cili setiap hari, maksudnya susah. Awalnya, saya berencana diantara beliau sampai di Paotere saja, tapi beliau menawarkan untuk menunggu saya dan mengantarkan saya ke tempat selanjutnya. Setelah pikir-pikir, lebih baik saya carter becaknya saja seharian ini selama saya hunting. Kesepakatan pun tercapai. Pak Sampran akan mengantar saya ke beberapa tempat seharian ini dan beliau hanya minta diupah sebesar Rp. 50.000,- saja padahal jarak yang kami tempuh tak bisa dibilang dekat. Benar-benar jauh. Tapi katanya beliau, beliau senang karena ini seperti pergi berlibur dengan anak sendiri, ada yang menemani beliau ngobrol sambil mengayuh becak. Tutur beliau polos saat itu.
''Tidur bentar ah sambil nunggu Unhy motret'
Setelah puas motret disekitar Paotere, kami melanjutkan perjalanan menuju klenteng. Lagi-lagi jaraknya sangat jauh. Tapi tak terasa karena Pak Sampran tak habis-habisnya membuatku tertawa sepanjang perjalanan. Di tengah perjalanan, bila saya melihat ada objek yang bagus, beliau pasti nurut bila disuruh jalan pelan-pelan, jalan ikuti objeknya, berhenti sana-sini. Beliau tak mengeluh dan tak menampakkan wajah lelah. Sesampainya di klenteng, saya asyik motret-moteret dan berbincang-bincang dengan si penjaga klenteng. Iseng-iseng saya keluar dari klenteng dan saya lihat Pak Sampran sedang duduk istirahat didalam becaknya. Dia mengantar dan menemani saya seharian ini saat hunting sendiri. Terimakasih, Pak Sampran :)

0 comments:

Post a Comment