Berteman Dengan Kematian (Catatan Gadis Lupus-True Story)

Thursday 6 October 2011

Hujan menyambut malam ini dengan syahdu, mengalun lembut, bernada seperti nyanyian bidadari di ujung senja. Angin mengalir ke sela jendela yang tak berkayu, masuk kedalam ruang kosong yang gelap dan sunyi, lalu menusuk pori-pori kulit sang gadis yang meringkuk, semakin ringkih dan membeku. Di ujung kamar, tampak dua malaikat sedang asyik berbincang sambil menikmati secangkir bintang. Senyum keduanya seolah doa yang menghangatkan tubuh sang gadis yang bermuka pucat itu, yang sedang berselimut harapan agar tetap bersemangat menghadapi hari-harinya. Dua malaikat yang selalu setia menemani dan memperhatikan setiap detak jantung gadis itu. (Si Hidup)
Itulah salahsatu paragraf pembuka di salahsatu bab di novel Sinta Ridwan, Berteman dengan Kematian (Catatan Gadis Lupus-True Story). Ini novel selanjutnya yang baru saja selesai saya baca. Entah sudah berapa lama novel ini memenuhi rak buku di kamar kos saya, tapi tak pernah saya membacanya. Baru beberapa hari yang lalu, saya tertarik untuk membacanya.
Novel ini membuat saya tak bisa berhenti membacanya. Ingin melahap habis setiap kata demi kata di novel ini. Saya benar-benar terlihat rakus saat membaca novel ini. Novel ini membuat saya merasakan sejuta rasa di hati. Benar-benar menggugah hati. 

Kisah seorang gadis kelahiran Cirebon, 11 Januari 1985 yang mengalami begitu banyak masalah di hidupnya, mulai dari keluarganya, teman-temannya dan pada akhirnya dia harus menerima bahwa dia pengidap penyakit lupus. Namun, dia tak mau larut meratapi nasibnya, dia sadar bahwa ada hidup yang harus dia lewati. Ada mimpi yang harus dia wujudkan, dia tak mamu membuang mimpi-mimpinya di tong sampah kehidupan. Walau dengan penyakit di tubuhnya, dia berusaha menjadi seseorang yang berguna untuk orang lain, dia berusaha membiayai kuliah pascasarjananya dan adiknya, dia hanya ingin penyakitnya tidak menjadi halangan untuk dia.
Sinta yang menjalani hari-harinya dengan berteman dengan kematian, mencoba menjadikan penyakitnya sebagai sahabatnya, yang akan selalu menemaninya, yang akan selalu dibawanya kemanapun dia pergi. Sinta yang berjuang untuk tetap hidup walau dia tahu kematian bisa datang kapan saja. Kisah ini benar-benar menginspirasi. 

“Iya, sebenarnya ada obat lupus yang sangat ampuh. Dan dapat menyembuhkan lupus, membiarkannya terus tertidur selamanya.”
“Apa itu, Ta?” tanya mereka serempak, walau mereka tidak tahu sedang chatting di waktu yang bersamaan denganku. Aku menarik napas dalam-dalam, dan berusaha meresapi sebuah kata yang akan ku tulis. Aku pun ingin sekali merasakan obat itu, karena aku juga ingin sembuh. “Obat itu adalah: KEBAHAGIAAN.”

Sinta. Jangan merengkuh. Bangkitlah. Doa malaikat temani tidur dan mimpimu. Dewa-dewa melantunkan nada-nada yang indah. Berharap kau selalu merasakan dunia berada didalam hatimu. Semoga perasaan dan pikiranmu terjaga dalam kebahagiaan. Bila hanya ada ketakutan dan hal tak seperti yang kau bayangkan, yang kau inginkan, coba pejamkanlah kedua matamu. Lakukan apa yang kau takutkan. Cobalah kau melayang menjauh ke awan, mendekati mimpi, meratapi asa yang ada. Memaknai cinta yang diberi dalam kesempatan hidup kali ini.

0 comments:

Post a Comment