Jarak dan Kita

Sunday 15 April 2012


Dulu, pada malam itu kita berpelukan erat. Menyatukan jari-jari kita, bergenggaman erat, bahkan isak tangis menyelimuti malam kita. Kita saling berjanji tentang hubungan kita. Kamu bilang, jarak tak akan memisahkan kita. Dia bilang, jarak bukanlah halangan untuk kita. Dia yang disebelahmu bilang, hubungan kita kekal, tak terbatas ruang dan waktu, bahkan jarak sekalipun.
Aku mendengar kalimat-kalimat itu meluncur penuh usaha dari mulut kalian. Aku mendengar kalimat-kalimat itu kalian ucap sambil sesegukan oleh tangis dan aku memaksakan kedua telingaku untuk mendengar kata-kata kalian sambil sesekali kuusap airmata yang mengucur mulus dari kedua mataku.
Tapi, mungkin itu hanya kesedihan sesaat. Kesedihan saat kita akan berpisah sejenak. Nyatanya sekarang, kamu menjauh. Dia mulai menjauh perlahan-lahan. Aku tetap berdiri disini, tak tahu harus berbuat apa. Nyatanya, jarak lebih menguasai kita. Jarak lebih bertahta dalam hubungan kita. Aku diam melihat kalian. Dan aku sadar satu hal bahwa bukanlah jarak yang memisahkan kita, tapi kitalah yang menjadikan jarak sebagai alasan mengapa sekarang kita menjauh, mengapa sekarang kita saling tak peduli, saling tak jujur dan saling diam. 

‘Jarak memberikan kita pelajaran tentang waktu. Memberi kita ruang. Membantu kita melihat dengan lebih jelas. Perlahan-lahan, jarak memberi tahu kepada kita bahwa sesuatu yang indah akan selalu menjadi indah. Baik dilihat dari jauh maupun dari dekat sekalipun.’


0 comments:

Post a Comment