Benang Kusut di Kepala #2

Wednesday 11 July 2018
Beberapa waktu ini ada beberapa hal yang sungguh mengganggu diri saya. Apa saja?
Saya ingin membaginya kepada teman-teman lewat tulisan ini, barangkali benang kusut kita sama, bila berjumpa satu waktu, mari kita bicara tentang hal ini. Saya percaya salahsatu cara menyembuhkan diri sendiri adalah dengan bertukar cerita.

Benang kusut pertama adalah body shaming. Lagi marak banget isu ini, iya kan? Saya pernah mengalami hal ini, sekedar mencairkan suasana atau basa basi saat pertama ketemu, seorang kenalan saya mengomentari tentang kekurangan fisik saya, saat itu kalimatnya “Unhy makin besar ya?”, awalnya saya menanggapinya dengan santai, lama kelamaan ternyata beberapa teman saya suka basa basi dengan hal itu. Entah alasannya karena memang saya terlihat besar dalam artian gemuk atau hanya sekedar basa basi belaka demi mencairkan suasana saat nongkrong. Saya mulai merasa benar-benar terganggu ketika salah seorang kenalan yg saat itu bisa dihitung baru dua kali kami bertemu dan saat pertemuan kedua kami kalimat yg dia lontarkan ketika melihat saya datang adalah kalimat itu. Dari sekian banyak kalimat bercandaan atau sekedar basa basi yang bisa dilontarkan, kenapa harus menyerang fisik orang lain sih? Sejak itu saya benar-benar risih. Sejak itu pula bila ada orang yang mengomentari kekurangan fisik saya, saya memilih untuk tetap santai saja dan berjanji dalam hati kalimat-kalimat itu tidak akan saya lontarkan kepada orang lain.

Efeknya apa pada saya? Awalnya saya benar-benar tidak percaya diri. Ketika berpakaian pun saya memilih baju yang bisa menutupi kegemukan badan saya. Jujur hal ini saya lakukan. Ternyata saya capek untuk terlihat sempurna di depan orang lain. Lantas belakangan ini saya memutuskan untuk lebih percaya diri lagi. Saya hilangkan pikiran-pikiran negatif akibat perkataan negatif dari mulut-mulut orang lain. Saya merasa orang lain tak berhak membuat saya merasa kerdil terhadap diri saya sendiri. Mereka tak punya hak mengontrol bagaimana saya harus terlihat di depan orang lain dan saya tidak punya kewajiban untuk menyenangkan orang lain. Saya memilih untuk menganggap perkataan negatif mereka terhadap kekurangan fisik saya adalah suatu perkataan yang datang dari mulut orang-orang yang berpikiran dangkal.
Baiknya sebelum mengomentari kekurangan orang lain, lihat dulu kekurangan apa yg kita miliki. Alangkah bagusnya bila mengomentari kekurangan fisik orang lain, pastikan terlebih dahulu dirimu sempurna. Walaupun sekedar basa basi belaka atau bercanda kelewat batas tapi efeknya sangat besar terhadap diri seseorang, bayangkan efeknya ke kepercayaan diri. Bisa jadi lebih parahnya lagi seseorang menjadi minder berlebihan dan tidak ingin bersosialisasi karena menganggap lingkungannya tidak bisa menerima kekurangan dirinya. Jadi hati-hati ya teman-teman, kadang kita bercanda suka kelewatan, memang lucu, suasana nongkrong jadi lebih nyaman tapi ingat kita tidak pernah tahu seberapa besar dampak bercandaan kita pada orang lain. Pandai-pandai memilih kalimat yang positif, kalau yang dikatakan positif kan untungnya bukan hanya untuk mereka yg mendengar, tapi untuk kita juga. Kita jadi lebih memiliki pengaruh positif untuk orang lain dan diri sendiri. Diri sendiri ini poin pentingnya. 

Benang kusut kedua adalah persoalan seberapa perlunya kita untuk melihat kedalam diri sendiri. Nah ini yang paling sering kita lupakan, tak kita hiraukan, padahal ini paling penting paling kita butuh dan yang harus selalu kita lakukan. Melihat kedalam diri kita. Jangan mau kehilangan diri kita dengan kehadiran orang lain, bahkan jangan sekali-kali kehilangan diri kita setelah dilukai orang lain. Tanamkan dalam diri “orang lain tak berhak mengambil porsi begitu banyak dalam diri kita sendiri.”

Contoh kecil dalam hubungan asmara misalnya, ketika ditinggalkan beberapa orang merasa lebih bahagia bila bersikap seolah-olah mereka berada di pihak yg tersakiti. Tanpa duduk melihat, merenung dan lebih berpikir lagi kenapa bisa menjadi luka akhirnya? Memang sebagian kita susah untuk melihat lebih dalam ke diri sendiri. Tak jadi soal sebenarnya, itu adalah bagian dari strategi pertahanan diri. Dengan begitu mereka akan lebih cepat bahagia dan menyembuhkan luka. Tapi jangan lupa, MELIHAT KE DALAM DIRI SENDIRI ADALAH KOENTJI. Usahakan lebih jeli melihat kesalahan diri sendiri terlebih dahulu. Dengan begitu, kesalahan di masa depan bisa diminimalisir. Manusia hakikatnya belajar, bila mengulangi kesalahan yg sama lagi artinya mereka sendiri senang menoreh luka di badan sendiri.
Menoreh luka di badan sendiri, jangan mau seperti ini. Kau akan merasa perihnya 10x lipat dibanding dilukai oleh orang lain. Jangan bodoh juga karena melukai diri sendiri, apalagi dengan hal-hal yang sebenarnya bisa dipelajari dari masa lalu. Jangan menyakiti, jangan merugikan diri sendiri. Jangan menjadi bodoh. Paling penting mau mengakui bahwa kita mengambil andil dalam luka yang orang lain torehkan, iya ini yang penting menurutku. Saya juga sering seperti ini, sering mengingkari bahwa orang lain menyakiti saya murni karena mereka jahat dan kejam pada saya, tanpa saya menyadari bahwa saya juga ambil andil dalam luka yang berhasil mereka beri kepada saya. Sikap emosian, kadang arogan, keras kepala dan sikap-sikap lainnya yang ternyata tak bisa mereka terima ibarat menjadi minyak bagi mereka untuk menyulut api membakar saya. Dengan mengakui hal ini, saya belajar banyak. Penerimaan diri adalah hal utama dalam menjalin hubungan asmara , hubungan sosial dengan orang lain. Menerima dan mau melihat ke diri sendiri sebenarnya kita kenapa dan harus bagaimana. Beberapa waktu ini saya menjadi senang ke tempat-tempat yang membuat saya merasa tenang dan nyaman sendirian. Padahal dulunya semasa SMA sampai kuliah semester 5 saya adalah pribadi yang tak bisa sendiri, dalam artian saya tidak menyukai kesunyian, saya lebih senang bertemu teman-teman, ngumpul dan ngobrolin apa saja. Tapi beberapa waktu belakangan ini saya menjadi pribadi yang senang dengan kesunyian dan ketenangan, saya memilih duduk di pojokan dengan membawa laptop atau buku yang sedang saya baca di coffee shop, duduk berjam-jam dan berkutat dengan diri saya sendiri.

Banyak yang saya pikirkan saat itu, antara lain mau jadi apa saya? Apa yang benar-benar saya inginkan dalam hidup? Apa yang benar-benar saya butuhkan dalam hidup? Kenapa dia dulu memilih meninggalkan saya? Bahkan sampai ke pertanyaan apakah seorang Ian adalah lelaki yg tepat bagi saya?  Saya sampai ke pertanyaan-pertanyaan itu. Dari situ banyak yang saya simpulkan,banyak pula yang tidak bisa saya simpulkan. Namun yang pasti saya sadar, melihat kedalam diri sendiri adalah sebuah keharusan.

Benang kusut ketiga adalah persoalan istirahat. Istirahat dari apa? Dari segala yang melelahkanmu, dari segala yang menguras pikiranmu. Terkadang kita suka lupa diri dan bertingkah berlebihan tanpa memikirkan apakah yang kita lakukan baik untuk diri sendiri atau tidak, apakah yang kita lakukan tidak merusak harga diri atau tidak.  Seringkali kita lupa kalau orang lain punya mata dan mulut untuk melihat dan berbicara tentang diri kita. Bukan karena mereka iri dengan diri kita, hanya saja percayalah terkadang kita butuh mulut orang lain untuk membuat kita mau melihat kedalam diri kita.

Perihal ini saya bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang mau berbicara apa adanya, yang tak segan menegur dengan keras bila menurut mereka hal yang saya lakukan adalah salah. Mereka akan dengan keras menegur saya. Saya bersyukur memiliki lingkaran pertemanan yang tidak hanya mampu berkata manis, melainkan mampu juga berkata pahit kepada saya. Bila kau  berada di lingkaran pertemanan sehat seperti ini, syukuri dan pertahankan.

Itulah beberapa benang kusut di kepala saya, bagaimana dengan benang kusut di kepalamu?

Ambon, 11 Juli 2018.



0 comments:

Post a Comment