Kita Teman. Itu Cukup :)

Thursday 8 March 2012

Salahkah semua ini? Ini sebuah pertemuan yang salah atau bagaimana? Aku sibuk mencari jawaban, tapi tak jua kutemukan. Sepertinya benar kata orang, yang namanya pertemuan itu tak pernah salah. ‘Tidak yang salah dengan sebuah pertemuan’. Setidaknya kalimat itu pernah beberapa kali sampai di kedua kupingku.

Yang jelas, entah mengapa ini semua salah kurasa. Aku tahu kini telah ada  seseorang disampingmu, bahkan aku terbilang masih baru didalam iangatanmu, namaku masih baru di daftar kontak hapemu, pesan-pesan singkat dariku masih bisa dibilang sedikit yang masuk memenuhi kotak masuk di hapemu. Bukan itu saja, bukan karena telah ada dia, lebih dari itu  ada yang lebih membatasi kita lagi, sesuatu yang tak bisa ditolerir dengan alasan apapun, bahkan bila cinta menjadi alasannya sekalipun. Sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan segalanya, sesuatu yang dari awal memang tak bisa diubah.

Seringkali kamu mengucap namanya, seringkali kau menceritakannya saat kita duduk bersama. Aku tahu, dia yang lebih dulu bertemu denganmu dibandingkanku, tapi egois  dan cemburu itu mengusik diam-diam mencari celah menyusup dalam hati. Kamu tahu rasanya seperti apa? Menyesakkan.

Aku suka melihatmu setiap kali kamu memakai tas ransel hitammu, aku suka ketika kamu datang dan menyapa di setiap sore. Oh iya, aku juga suka nama panggilan yang kau berikan untukku, aku suka setiap kau memanggilku dengan nama itu. Tapi, lebih dari semua itu yang indah untukku adalah setiap kali aku dengar semua ceritamu dan kau tahu termasuk ceritamu tentang dia.

07-03-2012 11:07:50 pm
‘Dia itu beda. Bagiku, dia sempurna untukku’

Itu salahsatu pesan singkat yang kamu balas untukku, saat kamu ceritakan masalahmu dengan dia. Bikin sesak dihati, tapi entah aku tersenyum saat membacanya. Bikin sesak, tapi entah aku selalu senang bisa mendengar semua ceritamu, termasuk ceritamu tentang dia.

Setelah membaca pesan singkatmu itu, aku tersenyum. Entah senyum ini bermakna  apa, yang aku rasa hanya senang. Setelah membalas pesan singkatmu itu dengan satu kalimat doa semoga hubungan kalian langgeng selamanya, kutarik napas panjang, melegakan hati, aku tersenyum dan berkata dalam hati ‘Iya, kita hanya teman, dan itu lebih dari sekedar cukup.’ Dan kini kutahu jawabannya, memang benar tak ada yang salah dengan sebuah pertemuan. Begitupun pertemuanku denganmu. Pertemuan sebagai teman dan akan selalu sebagai teman. Kutarik selimut, memulai mimpi malam ini.

4 comments:

  1. bloggerid said...:

    mantap ceritany......

  1. bagusnya ceritanya sdra,,,,,,,,,,,

  1. Hehehehe :D
    makasih banyak, saudara dahlan :) :D

Post a Comment